Sabtu, 21 Januari 2017

Akhirnya Aku Menemukanmu: Deepin Linux, Distro Linux Paling Cantik

Linux, sebuah sistem operasi karya mas Linus yang lebih familiar di install pada server daripada desktop. Saya mendengar linux sejak saya SD, sejak saya masih bermain-main game di warung pak Haji Harun. Saya masih ingat betul, mas Aji salah satu anak pak Harun pernah berkata "Ahh sial, kena virus lagi. Andai saja game-game yang di mainkan anak-anak ini bisa di install di linux!"

Linux apa itu Linux? Beberapa tahun kemudian setelah saya agak gede, sekiranya dulu saya masih kelas 7 SMP saya cari-cari di mesin pencari tentang linux ini. Saya tanya pada mbah-mbah yang sudah tua tapi masih gemilang ingatannya "Apa itu linux?" dan mbah-mbah itu menunjukan saya sebuah tempat, dan saya mendapat jawaban begini kiranya: "Linux (diucapkan ˈlɪnəks atau /ˈlɪnʊks/) adalah nama yang diberikan kepada sistem operasi komputer bertipe Unix. Linux merupakan salah satu contoh hasil pengembangan perangkat lunak bebas dan sumber terbuka utama. Seperti perangkat lunak bebas dan sumber terbuka lainnya pada umumnya, kode sumber Linux dapat dimodifikasi, digunakan dan didistribusikan kembali secara bebas oleh siapa saja." ya seperti itu informasi yang mbah google berikan, kemudian dengan lancang saya tanya lagi, "Bagaimana menginstall linux pada windows" jika bisa bersuara, pasti mbah-mbah ini akan tertawa terbahak-bahak saat itu. Saya pun tersenyum saat mengingatnya. Dari situ saya tahu, linux adalah sebuah kernel / pondasi penghubung antara hardware dan aplikasi, dan dari situ juga saya kenal Distro Linux. Saya kira distro itu toko baju, toko baju-baju keren seperti punya Mas Mul yang terletak di pasar sana.

Kemudian, sampailah saya pada sebuah distro yang di gadang-gadang paling apik dan elok untuk komputer desktop. Dia adalah Ubuntu, nama yang agak aneh di kuping saya waktu itu. Saya masih ingat, versi yang pertama saya unduh adalah versi 11.04 Natty Narwhal. Karena dulu kecepatan koneksi internet di kampung maksimal hanya 50kbps dan ukuran file installasi sekitar 700Mb, maka mau tidak mau saya harus bayar ke penjaga warnet untuk mengunduhkan file tersebut. Karena tidak mungkin saya mengunduhnya sendiri, bisa-bisa saya sehari semalam terkurung di dalam warnet, bisa di pecat saya jadi anak emak.

Sehari kemudian, saya datang ke warnet dengan maksud menagih file yang saya minta unduh kemaren. "Sudah selesai mas?" tanya saya, dia menjawab, "Sudah, Di. Kamu download linux untuk apa, Di?" sambil menggeret kursi, saya menjawab pertanyaanya, "Coba-coba mas, oh iya, mas ngerti cara menginstallnya ?" saya pun duduk di sebelahnya, dia berkata, "Emmm, dulu sewaktu kuliah aku pernah coba linux, tapi tidak tahu cara memasangnya pada harddisk. Kata temen-temenku memang linux tidak bisa di install langsung pada komputer. Cuma bisa di jalankan pada CD." saya menunduk dan memikirkan perkatannya, yang saya baca linux bisa di install langsung pada komputer, kenapa dia menjawab tidak. "Gimana di, apa mau di burn sekalian ke CD biar kamu tinggal pakai?" sadar dari lamunan saya segera menjawab, "Oh iya mas, jadi berapa?" "Untukmu 10 ribu saja di, besok kita war lagi ya satu team" saya menjawab, "Siap! Mumpung senjataku masih 80 unit".

Sepulang dari warnet, saya segera meluncur ke kamar. Langsung menuju komputer tua bermesin Intel Pentium 4 dan RAM 512Mb. Saya segera nyalakan, tapi komputer malah booting ke Windows. Padahal dalam tutorial yang saya baca, seharusnya komputer masuk ke menu boot GRUB. Ya seharusnya, seharusnya memang seperti itu. Saya penasaran, saya buka CD itu dalam windows, dan saya temukan file yang bernama wubi.exe, entah apa itu. Iseng-iseng saya buka saja file itu, muncul tampilan dalam bahasa indonesia, ya bahasa saya sendiri. Tanpa basa-basi saya ikuti saja perintahnya, dan sampailah pada saat komputer saya memulai ulang. Saya lihat tampilan komputer tua saya ini berwarna ungu, tidak seperti biasanya, saya lihat ada beberapa menu, jari saya latah dan saya tiba-tiba menekan enter. Beberapa saat menunggu, saya masuk pada sebuah sistem operasi linux yang beberapa tahun lalu pernah di bicarakan orang. Dan kini, saya memasangnya langsung lewat windows, seperti aplikasi biasa. Mudah dan menyenangkan.

Masalah muncul ketika saya ingin memasang aplikasi baru, dan saya juga bingung kenapa tidak bisa memutar lagu-lagu kesukaan saya di linux. Kenapa? Kenapa dan kenapa! Pertanyaan demi pertanyaan muncul, tetepi segera di jawab ketika saya pergi ker warnet. Iya, mbah-mbah itu yang selalu membantuku. Terus dan terus saja saya lakukan itu, bertemu masalah kemudian bertanya dan mengatasinya. Agak sebal sebenarnya, tetapi masalah-masalah ibu membawa hikmah. Dan kemudian, hari demi hari saya habiskan untuk mengoprek sistem operasi untuk tukang oprek ini.

Bosan melanda, saya ingin yang lebih keren dari sekedar ubuntu. Akhirnya saya coba-coba distro lain, saya coba Puppy Linux, DSL, Debian, dan tiba pada distro yang paling angker yaitu Backtrack (sekarang Kali Linux), ukurannya agak tidak normal sekitar 4Gb. Saya minta pada jasa download yang lebih murah dan cepat, saya pergi ke kota yang jaraknya 20km dari kampung saya, hanya untuk sebuah DVD linux ! Tetapi tetap saja, saya belum puas! Saya coba mencari yang lebih cantik dan tidak menyeramkan, saya coba Pear OS, Linux Mint, Elementary OS, sampai-sampai saya lupa distro apa saja yang pernah saya coba.

Dan saat ini, 5 tahun kemudian setelah linux pertama saya install. Sampailah saya pada distro yang menurut saya cukup pas di hati dan kebutuhan. Dialah distro Deepin Linux, buatan negeri tirai bambu nan jauh disana. Untuk tampilan sepertinya memang mirip Mac OS, tetapi tidak seutuhnya mirip. Terkadang distro ini juga mirip Windows milik Microsoft, tetapi tetap tidak mirip seutuhnya. Saya kira ini adalah sebuah distro yang paling pas untuk saya, elegan, cantik, stabil dan sangat nyaman. Saya pertama memakai distro ini sejak versi 15.1 pada tahun 2016 dan sekarang sudah pada versi 15.3, agaknya sudah lama saya memakai distro ini untuk keperluan kerja dan hiburan. Saya rasa, seperti tidak ada yang kurang sama sekali.

Saya tidak mengagungkan distro ini, bisa saja suatu hari mengecewakan saya seperti Pear OS yang kini telah hilang di telan zaman. Bisa saja para pengembang sudah bosan dan membuang barang indah ini ke tempat sampah, ya semua kemungkinan bisa terjadi. Tetapi saya akan tunjukan beberapa fitur yang membuat saya betah berlama-lama dengan si cantik ini. Berikut fiturnya:

  1. Tampilan yang benar-benar tampil beda: karena Deepin membuat sendiri Desktop Environmentnya.
  2. Stabil dan user-friendly: bagaimana tidak? Distro ini benar-benar di garap serius. Menggunakan sistem paket DEB membuatnya menjadi lebih familiar untuk saya.
  3. Aplikasi pendukung yang keren: ada Deepin Cloud Print dan Deepin Cloud Scan yang bisa berbagi printer atau scaner antar Windows dan Linux serta banyak aplikasi keren lainnya yang di buat Deepin sendiri.
  4. Repositori lokal: ya repositori lokal memang sangat di idamkan jika kita membayangkan speed download yang cepat saat menginstall aplikasi lewat APT, kenapa tidak? Semakin dekat jarak server akan semakin cepat pula kecepatan koneksinya. Walaupun terbatas kouta...

Untuk repository lokal di sediakan oleh Datautama.net.id
deb http://kartolo.sby.datautama.net.id/deepin unstable main contrib non-free

Ya itulah sedikit sejarah saya dan linux, sekarang linux sudah seperti kebutuhan utama mengingat pekerjaan saya adalah web developer. Namun, selain linux saya terkadang masih memakai windows untuk melakukan tugas yang tidak bisa linux penuhi. Semua punya kelebihan dan kekurangan, jadi saya ambil saja semua manfaat yang ada.

Sekian

Em Suryadi

Show Comments